Ikhlas Itu…

Siapa pun yang menasihati kesederhanaan, itu betul. Harus berterima kasih. Diingat. Yang penting semua harus dari hati. Termasuk ketika memilih hidup sederhana.

Di dunia perkyaian, buanyak kyai yang dibawain tasnya. Diem aja. Apakah karena ga bisa bawa sendiri? Hehehe.

Di dunia perkyaian, ada banyak kyai-kyai yang sendalnya dibawain, minum dituangin, makan disendokin. Apakah kyai-kyai tersebut sudah berubah menjadi raja? Bentar dulu.

Pandangan “sekilas” seringkali tidak jadi kebenaran dan kebaikan. Hingga kemudian melihat dan mengenal dari dekat. Baru memahami banyak hal dari apa-apa yang diliat.

Kyai-kyai banyak juga yang tambah dari kalangan santri. Saat memandang santri-santri, beliau-beliau seperti memandang dirinya. Hingga memberi kesempatan berkhidmat.

Tidak sedikit juga kyai-kyai yang mengambilkan piring santri, lalu nyendokin dengan penuh kasih sayang. Atau mempersilahkan jadi imam.

Tamu orang besar, dilayani. Sebab kyai bukan hanya untuk orang-orang kecil. Tamu-tamu kalangan kecil, apalagi. Berkahnya ada di situ.

Dijemput pake mobil jelek, hayu. Dijemput mobil bagus, tidak lantas jadi sombong. Ga dijemput ya jalan sendiri pake kendaraan yang ada. Biasa aja.

Dikasih duit ya diterima. Sebab penolakan bisa jadi malah membuat nelongso murid atau jamaahnya. Kok kyai ga mau nerima ya? Salah saya apa? Sementara itu…

Baca selanjutnya