Toleransi Ala Warga Auckland
Hidup rukun dan damai dalam masyarakat yang beragam merupakan hal yang sangat diidamkan oleh bangsa mana pun. Berbeda tapi rukun. Itu yang ingin ditunjukkan warga kota Auckland setelah insiden di Sydney.
Warga kota Auckland, Selandia Baru menggelar aksi mengajak perempuan untuk mengenakan jilbab selama satu hari. Sebuah bentuk solidaritas yang patut menjadi cermin kita semua.
“Dalam hal ini kami ingin mendukung hak wanita yang mungkin merasa dalam bahaya setelah insiden Sydney,” kata John MacDonald, penggagas kelompok perubahan sosial Auckland, Splice pada Jumat (19/12/2014).
“Selandia Baru adalah masyarakat yang beragam dan kami ingin menunjukkan bahwa kita bisa hidup bersama tanpa perpecahan ataupun diskriminasi.”
Aksi ini diharapkan dapat membuka pikiran masyarakat bahwa tindakan beberapa orang tidak akan membentuk persepsi negatif terhadap Muslim yang tinggal di Auckland.
Kaum muslimin Selandia Baru, utamanya mereka yang mengenakan jilbab menyambut baik acara ini.
Kota Auckland menjadi rumah nyaman bagi Muslimin Selandia Baru. Dari sekitar 50 ribu Muslimin negara penghasil domba tersebut, lebih dari setengahnya terkonsentrasi di Auckland.
Masjid-masjid tersebar di setiap penjuru, bahkan di layanan pubik, seperti bandara. Sekolah Islam dan pedagang makanan halal pun mudah ditemui. Terdapat pula surat kabar dan saluran televisi Muslim. Meski minoritas, jumlah Muslimin Selandia Baru mengalami perkembangan yang pesat.
(courtesy gambar: www.ddhongkong.org)